Vol. 42 No. 4 (2013): Tantangan Indonesia menghadapi Perubahan di Kawasan
Tantangan Indonesia menghadapi Perubahan di Kawasan

eran aktif para petani ASEAN untuk meningkatkan daya
saing produknya menjadi makin penting menyongsong
ASEAN Economic Community 2015, dimana kawasan ASEAN
akan menjadi pasar tunggal berbasis produksi tunggal. Dengan
demikian, seluruh negara ASEAN harus melakukan liberalisasi
perdagangan dengan arus modal yang lebih bebas, sebagaimana
yang telah digariskan dalam ASEAN Economic Community (AEC)
Blueprint. Pasar bebas ASEAN berdampak cukup besar bagi semua
sektor perdagangan, termasuk sektor pertanian. Sementara itu, penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia, misalnya, akan mengakibatkan semakin
banyaknya produk impor masuk ke Indonesia. Kondisi inilah yang
cukup mengkhawatirkan karena berpengaruh pada eksistensi produk
lokal. Dalam hal ini peningkatan daya saing produk lokal sangat
diperlukan menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 mendatang.
Artikel Fajar B. Hirawan berjudul "Peran Perdagangan Regional
dan Daya Saing Produk Pertanian ASEAN dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan" menguraikan bahwa perdagangan produkproduk pertanian antar negara-negara anggota ASEAN menunjukkan
kebutuhan kawasan itu untuk mengimplementasikan kebijakan dan
perjanjian yang efektif. ASEAN perlu mengatur dan mendorong
tcrciptanya perdagangan produk-produk pertanian di kawasan
guna mewujudkan ketahanan pangan secara regional dan nasional.
Produk-produk pertanian ASEAN yang beredar di pasar dunia
maupun di pasar ASEAN memiliki permasalahan berbeda yang perlu
ditindaklanjuti oleh negara-negara anggota ASEAN. Komoditas gula
dan beras, misalnya, memiliki pangsa pasar yang cukup siginifikan
di pasar dunia. Kedua komoditas tersebut bahkan memiliki pangsa
pasar di atas 50 persen di pasar ASEAN. Komoditas lainnya, seperti
daging sapi, jagung dan kacang kedelai tidak memiliki pangsa pasar
yang signifikan, baik di pasar dunia maupun di pasar ASEAN.
Sementara itu, sepanjang tahun 2010-2012 terlihat bahwa beberapa
PENGANTA R REDAKSI 415
produk pertanian ASEAN, seperti beras, mengalami tren penurunan
permintaan yang signifikan, baik di pasar dunia maupun di pasar
ASEAN. Sedangkan nilai intra-ASEAN trade share, khususnya pada
produk beras ASEAN juga mengalami penurunan tajam dalam
rentang waktu 2011-2012.
Dalam artikel berjudul "ASEAN dan Masalah Perbatasan
Thailand-Kamboja", C.PE Luhulima, menyoroti faktor ASEAN yang
memainkan peran yang penting dalam meredakan ketegangan
konflik perbatasan antara Thailand-Malaysia di antara kedua negara
anggotanya ini. Sejak pembentukan ASEAN pada 8 Agustus 1967
itu dua tujuan utama tersirat dalam Deklarasi Pembentukannya,
pertama, merukunkan kembali kehidupan intra-regional dan, kedua
mengelolanya menjadi suatu tatanan regional Asia Tenggara atas dasar
sistem sosial ekonomi masing-masing negara anggota. Kedua tujuan
ini hendak dicapai melalui usaha "mempercepat laju pertumbuhan
ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan" serta
status quo teritorial. Sedangkan kedua tujuan ini hendak dicapai melalui
tujuan ketiga, yaitu mempercepat "pertumbuhan ekonomi, kemajuan
sosial dan pengembangan budaya. Tujuan-tujuan ini memang lebih
menonjol dari pada tujuan untuk "memperkuat perdamaian dan
stabilitas regional".
Poltak Partogi Nainggolan dalam artikel berjudul "Perubahan
Strategi Keamanan Amerika Serikat di Asia Pasifik dan Respon
Indonesia", menguraikan hasil penelitiannya bahwa sulit menutupi
keterkaitan perkembangan lingkungan strategis di Asia Pasifik dengan
peralihan fokus kebijakan militer AS di kawasan. Peralihan fokus ini
tidak hanya dipengaruhi eskalasi ketegangan di Laut China Selatan,
namun juga persepsi kian terancamnya kepentingan AS di Indonesia,
negara terbesar di Asia Tenggara yang berdekatan letaknya dengan
basis pasukan marinir AS di pangkalan militer Darwin. Tidak bisa
dikesampingkan bahwa tidak jauh dari lokasi itu, di Papua, terdapat
perusahaan transnational corporation (TNC) Freeport, milik para
pengusaha AS, yang menghasilkan profit tinggi selama bertahuntahun, akan tetapi terancam kelanjutan usahanya. Kepentingan
TNC AS di bisnis pertambangan yang tersebar di wilayah Indonesia
lainnya, juga terancam belakangan ini sebagai akibat dari maraknya
sengketa pertambangan, yang letaknya tidak jauh dari Australia.
416 ANALISIS CSIS, Vol. 42, No. 4, 2013: 414-4 16
Dalam terbitan jurnal Analisis CSIS ini, juga disajikan
tinjauan perkembangan politik, ekonomi, dan perkembangan
regional dan global. Memasuki tahun politik 2014, sentimen anti
politik cukup tinggi. Survei CSIS pada Juni 2012 mengungkapkan
bahwa lebih dari 50 persen responden beranggapan bahwa
partai politik telah bekerja dengan buruk atau sangat buruk.
Sementara, di bidang ekonomi perkembangan pada tahun 2013
memperlihatkan betapa rapuhnya perekonomian Indonesia.
Sedangkan perkembangan regional dan global digambarkan
dengan tantangan baru hubungan Indonesia-Australia yang
akhir-akhir ini makin memburuk, serta tantangan ASEAN
menghadapi tahun 2015. Dalam tinjauan perkembangan tersebut
diulas secara mutakhir oleh para staf peneliti CSIS.